Rabu, 24 Mei 2017

wisata bersejarah tamansari

Masa setelah perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun istana sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang antara gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan Keraton adalah sebuah banner (musim semi). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan untuk membantu selama perang, ia memerintahkan Demak Tegis arsitek Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul terletak 500 meter Selatan istana. Istana ini dikelilingi oleh mewah (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam pada buatan pulau di sekitarnya yang sekarang dikenal sebagai Taman Sari.
"Dari atas panggung gerbang ini, Sultan digunakan untuk menonton tarian di bawah sana, bangunan-bangunan di sampingnya adalah tempat untuk drumer dan biasa panggung tempat para penari menunjukkan keterampilan dan fleksibilitas, mereka" menjelaskan pemandu ketika YogYES memasuki Taman Sari. Dari kesenjangan panggung, pemandu membawa YogYES ke daerah yang hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Air menggelegak langsung menyapa. Air yang jernih berpadu apik dengan tembok krem gagah sekitarnya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra dan putri raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk raja).
Mahkota mana istri-istri Sultan tercermin adalah masih utuh berdiri ketika YogYES memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi pot memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari pakaian Sultan tersebut. Dapat Anda bayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik menunggu air di tembikar ini untuk menenangkan dan dia menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan bun-nya, mempercantik tubuhnya sambil melihat di cermin. Selain asperware dan tempat pribadi Sultan, di menara terdiri dari tiga tingkatan ada tangga kayu jati yang masih utuh dipersiapkan sehingga memberikan kesan antik untuk siapa pun yang melihatnya. Mendaki ke puncak, refleksi matahari dari kolam di bawah dan seluruh area Taman Sari yang terlihat jelas. Mungkin setelah Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman Sari masih lengkap dengan danau dan bunga aromatik wangi bunga.
Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, pemandu lalu membawa YogYES ke Gapura yang besar, yang mana kedatangan kereta biasa digunakan oleh Sultan dan keluarganya. Gerbang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang ingin memasuki Taman Sari. Guest house yang tepat di Selatan Taman Sari menjadi tujuan berikutnya. Sebelum perang, Sultan akan bersemedi di tempat ini. Keheningan dan keheningan langsung terasa ketika YogYES memasuki. Di sini, Sultan harus memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta akan dipertahankan. Daerah ini juga merupakan tempat penyimpanan senjata, armor, dan perlindungan dari keris kuno. Halaman ini umumnya digunakan oleh prajurit berlatih pedang.
YogYES juga berpisah dengan pemandu di depan Gapura besar. Namun, ini tidak berarti perjalanan dihentikan karena masih ada beberapa tempat yang harus dikunjungi seperti Sumur Gumuling dan gedung Kenongo. Untuk mendapatkan ke tempat, Anda harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan istana dan juga Pulo Kenongo. Bagian bawah tanah yang lebar ini adalah untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari Tajug, Anda akan melihat bekas juga Pulo Kenongo yang sekali ditumbuhi ylang bunga itu menyedapkan Taman Sari. YogYES pun menuju Sumur Gumuling, masjid bawah tanah yang mana royal menyembah dan keluarga. Bangunan berlantai dua ini dirancang untuk memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam memimpin shalat, suara imam dapat terdengar baik dalam segala arah. Bahkan sekarang, itu dapat masih dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang yang ada jauh dari kita terasa seperti mereka samping kami. Selain itu, menuju ke pusat masjid ini, lagi harus melewati lorong-lorong gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, semakin besar merasa kemegahan. Ketika kepala mendongak langit biru. Suara burung yang terdengar dari permukiman di area Taman Sari lebih lanjut menambah tenteram suasana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar