Rabu, 24 Mei 2017

wisata malam alun-alun kidul

Dalam tradisional Jawa desain arsitektur dikenal sebagai Catur Gatra Tunggal, itu berarti empat elemen dalam satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat di Istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, masjid, square, dan pasar. Masing-masing sebagai pusat kekuasaan, ibadah, kegiatan masyarakat, dan ekonomi. Yogyakarta memiliki dua kotak, satu adalah depan Istana yang disebut alun-alun Utara (lor square), satu lagi adalah di balik disebut Selatan alun-alun (alul-alun hip). Lokasi Keraton Yogyakarta itu sendiri terletak di garis imajiner yang menghubungkan antara gunung Merapi, Keraton, dan Pantai Parangtritis.
Halaman belakang tempat tinggal Raja Jogja adalah tempat yang penuh dengan cerita. Dua cerita paling akrab dengan alun-alun kidal adalah tentang yang sedang dibangun sehingga bagian belakang Istana tampak seperti depan sehingga tidak berubah kembali ke Laut Selatan yang dijaga oleh Ratu Kidul yang seharusnya memiliki hubungan magis dengan sang raja Mataram. Kisah kedua adalah mitos melalui kembar ringin dengan mata tertutup. Permainan ini disebut masangin, pendek untuk memasukkan dua beringin.
Aturan permainan ini sangat sederhana, kita hanya perlu untuk menutup mata dan kaki langsung sekitar 20 meter dari depan Sasono Hinggil menuju tengah dari ringin kurung (dua beringin di tengah alun-alun). Itu saja. Tapi lihat, itu tidak mudah. Banyak orang mencoba berjalan lurus tapi sebaliknya mengubah dalam berbagai arah, dari tujuan. Tentu saja berjalan tanpa melihat akan menjadi jauh lebih sulit daripada jika ada objek apapun terlihat. Percaya, hanya berhati bersih orang dapat menembus melalui itu. Dalam arti luas, permainan ini menyampaikan pesan bahwa untuk mencapai apa yang diinginkan, maka kita harus berusaha dan menjaga kebersihan jantung.
Asal-usul masangin berasal dari ritual topo bisu mubeng beteng (sekitar benteng) pada malam 1 Suro yang berakhir dengan melewati ringin kurung. Dikatakan ada rajah antara dua beringin yang berfungsi untuk menolak bala-bantuan yang mencoba untuk datang ke Istana Jogja. Jadi, hanya orang berhati bersih dan niat buruk tidak dapat melarikan diri. Untuk mencoba permainan ini, kita dapat menyewa menutup mata untuk Rp 5.000. Luar mitos, permainan sekarang persegi ikon dan membawa mata pencaharian bagi para pedagang di sekitarnya.
Di alun-alun lefty, masangin tidak hanya bisa kita lakukan. Tempat yang digunakan untuk praktek tentara Kerajaan ini, sekarang telah berubah menjadi ruang publik yang ramai. Berbagai kalangan dan usia dicampur bersama-sama. Pada sore hari di sekitar lima jam, anak-anak kecil dengan orang tuanya datang berjalan, berjalan setelah ratusan gelembung sabun ditiup oleh juri, atau gelombang berteriak memanggil berbagai layang-layang di langit. Sementara di sisi alun-alun, para pedagang yang bersiap-siap, menggelar tikar menunggu para tamu tiba. Bergerak terlambat, suasana berubah. Anak-anak kecil telah kembali ke rumah digantikan oleh orang-orang muda yang datang untuk menghabiskan malam. Lebih malam lebih ramai. Sepeda tandem dan odong-odong lampu menjadi favorit pengunjung. Kita dapat berjalan di sekitar alun-alun dengan menyewa sepeda tandem Rp 15.000 dan Rp 30.000 untuk lampu odong-odong penuh yang dapat ditampung hingga 6 orang. Sambil berolahraga pedal pedal malam, sensasi tersendiri seperti kami melewati kemacetan jalan.
Lelah bermain, mari kita istirahat. Duduk di atas tikar sambil memesan makanan ringan. Jagung bakar rasa dicampur dengan hangat jahe dari wedang ronde yang menjadi pilihan terbaik. Tidak cukup? Tambahkan roti panggang dan wedang bajigur ke daftar urutan. Dua minuman khas Jogja sangat tepat untuk dinikmati di jantung wilayah kekuasaan kerajaan Mataram. Kidal square tidak lagi tenang tempat yang tenang, tetapi suasana yang ceria beraura membuat kita merasa bahagia. Ketika kami datang pada hari Sabtu di minggu kedua setiap bulan, di Sasono Hinggil Dwi Abad diadakan pertunjukan wayang kulit. Tetapi kita harus mempersiapkan diri kita karena acara ini diselenggarakan dalam semalam. Yah, ingin mencoba?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar